Tren akhir-akhir ini adalah mencari pembenaran atas kesalahan yang sudah terjadi, dan mencari kesalahan-kesalahan individu atau golongan yang menunjukkan kebenaran.Ada sebuah kisah yang mungkin tidak ada hubungannya dengan tren yang terjadi saat ini.
Dalam sebuah kelas, Guru sedang memberikan soal cerita matematika.
GURU: "Anda pergi ke pasar swalayan untuk membeli tepung. Di sana ada kemasan tepung 1 kg dengan harga Rp. 5.000,- Juga ada kemasan tepung 5 kg dengan harga Rp.20.000,- Kemasan mana yang sebaiknya Anda beli agar Anda bisa hemat dan untung?"
ROBERT: "Kita sebaiknya membeli kemasan 1 kg dengan harga Rp. 5.000,-"
GURU: "Wah, sayang sekali. Jawabanmu salah Robert. Seharusnya kita membeli tepung dengan kemasan 5 kg seharga Rp. 20.000,-" ROBERT: "Tapi Bu Guru... bukankah di rumah Ibu hanya membutuhkan sedikit tepung? Saya kira 1 kg saja sudah cukup. Malah barusan Ibu saya membuang 1 sak tepung yang sudah rusak karena lama tidak terpakai. Bukankah ini malah lebih boros dan membuang-buang uang saja?"
GURU: "Tidak Robert. Jawaban yang benar adalah kita harus membeli tepung dengan kemasan 5 kg seharga Rp. 20.000,- karena itulah jawaban yang seharusnya."
ROBERT: "Tapi Bu... untuk apa membeli tepung sebanyak itu bila toh nantinya tidak terpakai?"
GURU: "Robert... memang itulah jawaban yang benar. Kamu jangan membantah."
ROBERT: "Tapi Bu … menurut saya jawaban yang benar adalah …"
GURU: "SUDAHLAH Robert! Ayo sekarang ikut Ibu Guru menghadap Kepala Sekolah. Kelakuanmu sangat buruk hari ini! Tidak seharusnya kamu membangkang di kelas."
Di dunia ini tidak semua yang terlihat benar itu memang betul-betul benar, begitu pula sebaliknya tidak semua yang terlihat salah itu memang betul-betul salah. Semua tergantung dari sudut mana kita melihatnya..
Tapi yang jelas, bila kita sudah merugikan orang lain, badan usaha atau perusahaan dan mungkin bahkan sampai merugikan negara, itu adalah suatu hal yang salah.
Itu menurut pendapat saya, bagaimana menurut anda? :)
